Oleh Agus Arsa, S.Pd (Guru PJOK UPT SMPN 7 Banjit).
Materi disampaikan Pada Pesantren Kilat Online Ramadhan di Radio Komunitas Pelita107,7 Mhz Jum'at, 29 Maret 2024.
Sesungguhnya agama Islam yang kita sama-sama cintai ini sangatlah menekankan pentingnya menuntut ilmu, karena itu Rasulullah SAW sangat menganjurkan kepada umatnya agar giat menuntut ilmu dan mendayagunakan akal pikiran dalam menjalani setiap langkah kehidupan serta mengadakan penelitian dan pembahasan dalam menemukan pengetahuan guna keperluan hidup dan kehidupan manusia.
Hal tersebut perlu kita lakukan karena meyakini bahwa ilmu itulah yang menjadi penegak kehidupan dan sebagai asas kebangkitan serta tiang tonggaknya peradaban, sekaligus menjadi wasilah untuk memperoleh kemajuan bagi setiap pribadi dan jama’ah atau kelompok manusia. Perlu dipahami dengan sebaik-baiknya bahwa Islam itu adalah agama kehidupan (Dînul Hayât) yang cocok bagi setiap zaman dan tempat. Islam adalah agama yang mementingkan keselamatan akhirat, namun tetap harus kita ingat bahwa islam juga sangat menyuruh dan menekankan untuk memperoleh kehidupan yang baik di dunia (Hayâtan Thayyibah).
Maka dari itu sesungguhnya umat islam sangat diwajibkan untuk menuntut ilmu.
Sebagaimana Sabdah Nabi Muhammad SAW,
طَلَبُ الْعِلْمِ فَرِيضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ
Artinya: “Mencari ilmu adalah kewajiban setiap muslim.” (HR Ibnu Majah).
Syari’at Islam berdiri atas ilmu dan menganjurkan untuk senantiasa meningkatkan ilmu dalam setiap urusan duniawi dan ukhrawi. Hal ini jika kita perhatikan bahwa mula-mula ayat yang turun kepada Nabi Muhammad SAW adalah ayat yang mendorong untuk belajar dalam rangka memperoleh ilmu atau ma’rifat, sedangkan jalan atau cara untuk memperoleh ilmu pengetahuan adalah dengan jalan mempergunakan pena dan membaca, yang berarti baca dan tulis. Sebagaimana Allah SWT berfirman dalam Q.S Al Alaq ayat 1-5
اِقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِيْ خَلَقَ ۚ خَلَقَ الْاِنْسَانَ مِنْ عَلَق ۚ اِقْرَأْ وَرَبُّكَ الْاَكْرَمُ ۙ الَّذِيْ عَلَّمَ بِالْقَلَمِ ۙ عَلَّمَ الْاِنْسَانَ مَا لَمْ يَعْلَمْ ۗ
artinya : “Bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu Yang Menciptakan. Dia (Allah) telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmu Yang Maha Pemurah. Yang mengajar manusia dengan perantaraan qalam. Dia (Allah) mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya” (QS. Al-‘Alaq : 1-5).
Sebagai mana Rasulullah SAW bersabdah :
مَنْ أَرَادَ الدُّنْيَا فَعَلَيْهِ بِاْلعِلْمِ، وَمَنْ أَرَادَ الآخِرَهَ فَعَلَيْهِ بِالْعِلْمِ، وَمَنْ أَرَادَهُمَا فَعَلَيْهِ باِلعِلْمِ
Artinya: “Barangsiapa yang hendak menginginkan dunia, maka hendaklah ia menguasai ilmu. Barangsiapa menginginkan akhirat hendaklah ia menguasai ilmu, dan barangsiapa yang menginginkan keduanya (dunia dan akhirat) hendaklah ia menguasai ilmu.” (HR Ahmad).
Tidak bisa dipungkiri bahwa menuntut ilmu merupakan perkara yang sangat penting bagi kehidupan kita semua. karena dalam menjalani kehidupan di dunia ini kita tidak akan bisa terlepas dari kebutuhan terhadap ilmu. Semua aktivitas memerlukan ilmu tentang bagaimana melakukan aktivitas yang hendak dilakukan, baik yang menyangkut masalah ibadah maupun muamalah. Semisal untuk melakukan shalat, seseorang harus mempelajari terlebih dahulu hal-hal yang berkaitan dengan shalat, mulai dari rukun, syarat, hal-hal yang membatalkan, dan lain-lain. Tanpa mengetahui hal semacam ini, akan besar kemungkinan shalat seseorang tidak akan sah dalam pandangan syariat.
Demikian juga halnya dalam berbisnis misalnya, seseorang harus mengetahui tentang bagaimana cara berbisnis, mendistribusikan barang, dan lain-lain. Ini artinya semua aspek dalam kehidupan ini memerlukan ilmu.
Al-Qur’an sebagai sumber hukum Islam telah banyak berbicara tentang keutamaan ilmu dan orang yang menuntut ilmu. Dalam surah al-Mujadalah ayat 11, Allah SWT berfirman:
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اِذَا قِيْلَ لَكُمْ تَفَسَّحُوْا فِى الْمَجٰلِسِ فَافْسَحُوْا يَفْسَحِ اللّٰهُ لَكُمْۚ وَاِذَا قِيْلَ انْشُزُوْا فَانْشُزُوْا يَرْفَعِ اللّٰهُ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا مِنْكُمْۙ وَالَّذِيْنَ اُوْتُوا الْعِلْمَ دَرَجٰتٍۗ وَاللّٰهُ بِمَا تَعْمَلُوْنَ خَبِيْرٌ
Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman, apabila dikatakan kepadamu “Berilah kelapangan di dalam majelis-majelis,” lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu.Apabila dikatakan, “Berdirilah,” (kamu) berdirilah. Niscaya Allah akan mengangkat orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat. Allah Maha teliti terhadap apa yang kamu kerjakan.”
Diantara hal yang dijelaskan dalam ayat di atas adalah tentang bagaimana keutamaan yang diperoleh orang yang memiliki ilmu. Derajat dan kedudukan mereka akan diangkat oleh Allah SWT.
Hal ini bisa kita lihat dalam realita kehidupan sehari-hari, dimana seorang guru misalnya mendapatkan kemuliaan di hadapan muridnya, yang disebabkan oleh ilmu yang dimilikinya. Dan memang, orang yang berilmu tidak akan sama dengan orang yang tidak berilmu. Dengan ilmu yang dimiliki, seseorang akan mudah untuk mendapat kebahagiaan dunia dan akhirat.
Selain al-Qur’an, Hadits Nabi juga telah banyak menyebutkan tentang keutamaan menuntut ilmu. Rasulullah SAW memotivasi umatnya agar menuntut ilmu, sebab keutamaannya yang begitu luar biasa. Diantara Hadits yang berbicara tentang keutamaan menuntut ilmu adalah Hadits Nabi berikut:
مَنْ خَرَجَ فِيْ طَلَبِ الْعِلْمِ فَهُوَ فِيْ سَبِيْلِ اللهِ حَتّٰى يَرْجِعَ. (رواه الترمذى)
Artinya: “Barangsiapa yang pergi untuk menuntut ilmu, maka dia telah termasuk golongan sabilillah (orang yang menegakkan agama Allah) hingga ia pulang kembali.” (HR. Tirmidzi).
Dalam hadist lain dikatakan :
Artinya: “Barangsiapa yang menempuh suatu jalan untuk mencari ilmu, maka Allah akan menyediakan baginya jalan menuju surga. Sesungguhnya para Malaikat meletakkan sayap-sayapnya kepada orang yang menuntut ilmu karena ridha kepadanya. Orang yang berilmu akan dimintakan ampunan oleh semua makhluk yang ada di langit dan bumi, bahkan ikan yang ada di laut. Keutamaan orang alim atas orang ahli ibadah bagaikan keutamaan bulan atas bintang pada malam purnama. Para ulama merupakan pewaris para Nabi. Mereka tidak mewariskan dinar dan dirham, melainkan ilmu. Oleh karena itu, barangsiapa yang mengambil ilmu itu, maka ia telah mengambil bagian yang sempurna”.
Hadits di atas menunjukkan betapa besar keutamaan ilmu dan orang yang menuntut ilmu. Selain derajat tinggi yang diperoleh, orang yang menuntut ilmu akan dipermudah jalannya menuju syurga, didoakan oleh semua makhluk, dan lain-lain. Oleh karena itu, jangan sampai waktu yang ada ini kosong dan hampa dari menuntut ilmu. Sebab sangat merugi orang yang membiarkan waktunya berlalu begitu saja tanpa ada pengetahuan yang didapat. Ilmu sangat penting dalam kehidupan ini.
Ada sebuah kisah “Saat Rasulullah SAW wafat, Shahabat Ibnu Abbas ra, masih berusia 13 tahun. Dan diusia yang sangat muda itu hampir seluruh waktunya beliau manfaatkan untuk mencari ilmu agama dari para shahabat – shahabat tertuanya. Suatu saat beliau berkunjung kerumah salah seorang shahabat untuk belajar ilmu agama, tapi shahabat yang dikunjungi itu sedang tidur. Maka beliau menggelar selembar kain dan duduk menunggu di depan rumah shahabat itu sampai dia bangun, sampai-sampai dalam penantian itu wajah, jubah dan tubuh beliau kotor oleh debu dan pasir. Setelah shahabat itu bangun, beliau bertanya tentang masalah agama. Namun Sahabat ini malah berkata, wahai Ibnu Abbas “Engkau ini adalah keponakannya Rasulullah, kenapa kau susah-susah datang kesini, harusnya kau panggil saja aku kerumahmu, aku pasti akan dating kerumahmu.
"Kemudian Ibnu Abbas menjawab, “Aku ini sedang menuntut ilmu, jadi akulah yang wajib mendatangimu. Sebab ilmu itu didatangi, bukan mendatangi”
"Subhanallah…!
"Betapa hebatnya ma’asyiral muslimin, semangat dan perjuangan Shahabat ibnu Abbas dalam mencari ilmu. Dan karena perjuangan itulah beliau mendapat berbagai prestasi. Beberapa diantaranya Beliau pernah diangkat menjadi penasehat khalifah Umar bin khattab pada usia 17 th, beliau mendapat gelar Turjuman Al-Qur’an (juru bicaranya Al-Qur’an) karena kemampuannya dalam memahami Al-Qur’an, Habrul Ummah (gurunya para umat) karena beliau adalah rujukan utama dalam mencari solusi permasalahn – permasalahan umat pada waktu itu), dan Ra’isul mufassirin (pemimpin para imam ahli tafsir) karena beliaulah pelopor para imam mufassirin. Dan masih banyak gelar lain yang beliau sandang.
Kemudian tentang urgensitas ilmu dalam kehidupan sehari-hari, maka kita bisa melihat bagaimana para ulama salaf pada masa lalu sangat memperhatikan urusan ilmu. Ilmu yang pertama kali mereka ajarkan kepada anak-anak mereka adalah al-Qur’an dan Hadits. Selain itu, ilmu-ilmu lain pun diajarkan juga kepada mereka, karena setiap ilmu saling berkaitan antara satu dengan yang lainnya.
Akhlak juga mereka tanamkan dalam jiwa dan kepribadian anak-anak mereka dengan tujuan agar pada diri mereka terhimpun dua hal, yaitu ilmu dan akhlak. Hal ini, karena seseorang selain harus diberikan nutrisi ilmu yang cukup, ia juga harus ditopang dengan akhlak yang baik.
Sehingga, jika kedua hal ini ada pada diri seseorang maka akan terbentuk manusia yang berkualitas dan bermanfaat. Ia tidak hanya bermanfaat pada dirinya sendiri, melainkan juga bermanfaat kepada yang lain.
Ilmu akan dapat membuat seseorang memiliki rasa takut yang tinggi kepada Allah SWT. Hal ini sebagaimana dikatakan oleh Abu Ishak al-Huwaini berikut:
فَالْعِلْمُ هُوَ الَّذِيْ يَحْمِلُكَ عَلَى خَشْيَةِ اللهِ، وَمَنْ زَادَ عِلْمُهُ زَادَتْ خَشْيَتُهُ لِلّهِ، وَمَنْ خَشِيَ اللهَ لَمْ يَعْصِهِ
Artinya: “Ilmu akan menjadikanmu sebagai orang yang memiliki rasa takut kepada Allah. Barangsiapa yang bertambah ilmunya, maka bertambah rasa takutnya kepada Allah. Dan Barangsiapa yang takut kepada-Nya maka ia tidak akan maksiat kepada-Nya”.
Ilmu ibarat sebuah pohon yang menghasilkan buah. Buah dari ilmu adalah terbentuknya kepribadian dan akhlak yang baik. Semoga kita semua tetap bisa istikamah dalam menuntut ilmu, dan ilmu yang diperoleh bermanfaat dan barokah. Satu hadist untuk mengakhiri jumpa kita hari ini :
تَعَلَّمُوْاوَعَلِّمُوْاوَتَوَاضَعُوْالِمُعَلِّمِيْكُمْ وَلَيَلَوْا لِمُعَلِّمِيْكُمْ ( رَواهُ الطَّبْرَانِيْ
Artinya: “Belajarlah kamu semua, dan mengajarlah kamu semua, dan hormatilah guru-gurumu, serta berlaku baiklah terhadap orang yang mengajarkanmu.” (HR Thabrani)